JENDELA INFORMASI, KEDIRI – Inilah Gundono dan Sri Wahyuni, pasangan suami istri asal Dusun Kranggan, Desa Nambaan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur sebagai pengrajin gula semut yang produksinya sampai negara tetangga.
Ya, hasil produksi gula semut dari pasangan suami istri ini tak hanya diminati di lingkup pasar lokal maupun luar daerah saja. Melainkan sampai di lirik negara tetangga seperti Malaysia hingga Jepang.
Itu bermula saat Sri Wahyuni memposting produk olahannya di sejumlah plat from media sosial seperti Facebook dan Instagram.
Melalui postingan itu, produk olahan gula semut buatan Gundono dan Sri Wahyuni akhirnya dikenal dan mulai banyak orderan yang berdatangan.
“Selain supermarket-supermarket di Kabupaten Kediri. Pemesanan itu datang dari Nganjuk, Tulungagung, Blitar, Bandung hingga Medan. Bahkan kita juga sempat mendapat orderan masuk dari negara Malaysia dan Jepang,” kata Sri Wahyuni saat bertemu di rumahnya (12/2/25).
Sri Wahyuni mengatakan, sebenarnya cukup banyak buyer dari luar negeri yang meminta produk olahannya untuk dikirim ke sejumlah negara tujuan. Namun karena jumlah permintaan itu tergolong besar, yang akhirnya membuat Sri Wahyuni tidak dapat menyanggupi permintaan tersebut lantaran terkendala peralatan dan modal.
“Contoh saja dari Malaysia itu meminta dikirimkan 7 ton gula semut dalam kurun waktu seminggu. Namun karena pengerjaan kami masih manual, dan belum ada peralatan yang mendukung, pada akhirnya kami tidak bisa memenuhi permintaan tersebut,” ungkap Sri Wahyuni.
Saat ini, Sri Wahyuni terfokus untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan luar daerah.
Dalam satu bulan, biasanya Sri Wahyuni menyuplai kurang lebih 8 – 10 kwintal gula semut sesuai dengan permintaan yang masuk.
Rela Keluar Uang Demi Ikuti Pelatihan Membuat Gula Semut di Yogyakarta.
Untuk bisa memproduksi gula semut seperti saat ini. Sri Wahyuni mengaku jika sebelumnya ia sempat menimba ilmu atau mengikuti kursus secara mandiri di Yogyakarta, dan harus membayar sebagai syarat untuk mengikuti pelatihan.
“Saat itu untuk sekali pertemuan saya harus membayar 2.5 juta rupiah. Kalau saya hitung ada 5 kali pertemuan tatap muka saat itu,” ujarnya.
Seusai mengikuti pelatihan itu, menurutnya ada sejumlah inovasi yang ia harus kembangkan untuk menciptakan komposisi pembuatan gula semut yang pas sesuai dengan keinginannya.
“Jadi dalam mengikuti pelatihan itu sebenarnya ada salah satu condiment yang sengaja tidak diberitahukan kepada kami (peserta pelatihan). Alhasil saya harus mencari serta melakukan eksperimen sendiri untuk menyempurnakan pembuatan gula semut tersebut,” jelasnya.

Harga jual dan cara pembuatan
Langkah pertama dalam pembuatan gula semut ini berawal dengan merebus air dan gula pasir.
Setelah air dan gula pasir ini tercampur, langkah selanjutnya ialah memasukkan gula merah dan mengaduknya hingga mengkristal. Setelah mengkristal, adonan tersebut diratakan agar tidak menggumpal, dan kemudian di sangrai dan dijemur.
Untuk harga gula semut produksi Sri Wahyuni ini, harganya relatif murah, yaitu 20 ribu untuk satu pack gula semut berukuran 250 gram.
Harapan Dukungan dari Pemerintah
Sri Wahyuni berharap adanya dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan usahanya. “Kalau misalnya pemerintah mau menengok kita sebagai UKM begini, kita pinginnya ada pinjaman. Syukur-syukur kita dibantu peralatan, karena itu kita butuhkan untuk pembuatan gula semut dalam kapasitas besar,” harapnya.
Untuk memenuhi permintaan besar, Sri Wahyuni merekrut tetangga sebagai tenaga kerja. “Kalau hanya sedikit kita kerjakan berdua. Tetapi kalau partai besar kita merekrut tetangga,” ujarnya